Total Tayangan Halaman

Minggu, 04 Desember 2011

Jika Ekspor Iran Dilarang
Harga Minyak Bisa Tembus US$250

Iran mengeluarkan peringatan harga minyak mentah dunia bisa menembus level US$ 250 per barel jika ada langkah yang memblokade ekspor minyaknya.

Hal itu dikatakan juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast dalam wawancaranya yang dikutip dari Reuters, Minggu (4/12). "Secepat isu semacam ini dimunculkan secara serius harga minyak akan melonjak hingga di atas US$ 250 per barel," ujarnya.

Hal senada disampaikan Kepala Komisi Ekonomi Parlemen Iran, Arsalan Fathipour yang menegaskan harga minyak bisa melonjak jika sanksi baru AS dan Uni Eropa yang mengancam negara tersebut diterapkan. "Jika negara-negara Amerika dan Eropa menerapkan sanksi pada migas kami, maka harga minyak mentah global bisa menembus US$ 250 per barel," ujar Fathipour seperti dilansir dari AFP.

Uni Eropa pada Kamis pekan kemarin memperluas sanksi blokade terhadap perusahaan-perusahaan Iran dan individu, serta mempertimbangkan kebijakan ekstra untuk menekan sektor finansial dan perminyakan Iran.

Pada saat yang sama, kongres AS juga mempertimbangkan aturan dengan target Bank Sentral Iran.

Sementara pada perdagangan Jumat (2/12), harga minyak mentah untuk jenis West Texas Intermediate ditutup pada level US$ 100,96 per barel dan minyak Brent pada US4 109,94 per barel. "Amerika dan beberapa negara Eropa sedang berupaya memberikan sanksi terhadap industri migas kami pada agenda mereka. Tapi meski menyebut hal seperti ini akan menggairahkan pasar minyak dan menaikkan harga global," jelas Fathipour.

Negara-negara konsumen minyak dari Iran saat ini adalah China, Uni Eropa, India, Jepang, Korea Selatan dan Turki. Dalam beberapa hari terakhir, harga minyak terus terdorong oleh ancaman sanksi kepada Iran terkait program nuklirnya. AS dan Uni Eropa berupaya memberikan sanksi setelah mereka menemukan bukti Tehran sedang berupaya mendesain bom atom. Iran sudah menegaskan program nuklirnya untuk perdamaian.

Cabut Subsidi BBM

Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) meminta agar subsidi bahan bakar minyak dihilangkan dan lebih baik dialihkan untuk pembangunan infrastruktur. "Pemerintah diminta untuk lebih berani mengambil tindakan untuk mencabut subsidi," kata Ketua Dewan Pembina HIPMI, Erwin Aksa di Jakarta, Minggu (4/12).

Menurutnya, kebijakan pemerintah yang saat ini membatasi jatah-jatah BBM subsidi setiap wilayah mengakibatkan terjadinya kelangkaan BBM di sejumlah SPBU.  Dengan dicabutnya subsidi BBM ini, maka tidak akan ada lagi kelangkaan BBM dan justru akan menimbulkan kekuatan fiskal untuk membangun infrastruktur.

Dengan dibangunnya infrastruktur, maka akan terjadi efek berantai perekonomian yang juga didorong oleh sektor swasta. Kalau infrastruktur telah jadi, katanya, maka perekonomian akan berjalan dengan sendirinya.

Selain itu, dia mendorong agar pemerintah meningkatkan utang untuk pembangunan infrastruktur. Pembangunan infrastruktur difokuskan untuk wilayah-wilayah yang tidak atau sedikit memiliki sumber daya alam (SDA). "Untuk itu subisidi dicabut lalu dialihkan untuk anggaran pembangunan infrastruktur," tegas mantan Ketua umum HIPMI ini. 

_wartawan Haluan Riau_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar